Senin, 07 Juli 2014

Bersakit-sakit Dahulu, Bersantai di Tempursari Kemudian (part 2)

Senyum... senyum... senyum... Hayo jangan bilang "i dont like monday" untuk senin ini, soalnya kali ini ceritaku berlanjut lagi!!! Senyum... senyum... senyum...

Yup... kali ini aku lanjutkan postingan yang kemarin tentang Pantai Tempursari. Sebagai review aja dari sebelumnya, pantai ini terletak di salah satu kawasan Kecamatan Tempursari terletak di 08" - 16,54 Lintang Selatan, 112 - 58,27 Bujur Timur. Tempursari mempunyai Luas Wilayah 101,37 Km2 dengan ketinggian 0 - 600 meter dari permukaan laut. Batas Kecamatan Tempursari yaitu Kecamatan Pronojiwo disebelah utara, Kecamatan Candipuro sebelah timur, Samudera Indonesia disebelah selatan dan Sebelah barat Kabupaten Malang. (http://ariewia.blogspot.com/2014/07/bersakit-sakit-dahulu-bersantai-di.html)
 
Di sini merupakan salah satu tempat pemberhentian para nelayan setelah berlayar mengarungi samudra untuk mencari penghidupan berupa ikan laut, TPI alias Tempat Pelelangan Ikan di wilayah pantai Tempursari. Kawasan yang sangat jauh dari keramaian kota Pasirian dan Candipuro ini cukup terjaga kebersihan dan keindahannya. Jika dilihat dari sekelilingnya, keadaan penduduk disekitarnya, desa nelayan ini sepertinya belum lama dijadikan tempat pariwisata di wilayah itu. Namun kemasyhuran dan keindahan pantainya telah membuat para wisatawan domestik mengunjunginya. Entah itu bertujuan untuk melepas penat dan berekreasi dengan keluarga, atau sengaja membeli ikan hasil tangkapan nelayan setempat.
 
Setelah memarkirkan kendaraan, kami menuju ke salah satu warung untuk memesan menu favorit, ikan bakar. Kebetulan ada beberapa ikan hasil tangkapan nelayan yang masih segar. Sambil memilih ikan, kami mencari tempat yang nyaman untuk menunggu ibu pemilik warung membakarkan ikan pilihan kami. Bersantai meluruskan kaki yang telah penat, kami memilih tempat di pinggir laguna. 
 
 
Melihat di sekeliling tempat kami duduk, membuatku penasaran untuk mengelilingi lokasi itu. Berbekal kamera poket dan phonsel, kami berkeliling mengabadikan temuan kami.
 
ini di sekitar belakang warung yang kami pilih
Berjalan ke sisi kanan warung, ternyata lokasi masih sangat luas. Ada yang unik di tempat ini, terdapat gundukan pantai berpasir yang memisahkan laguna dan samudra. Sebenarnya aku sangat penasaran ingin ke sana, tapi karena luasnya laguna dan jauhnya pantai berpasir itu, hasilnya aku hanya bisa mengabadikannya lewat gambar. Tapi tidak untuk dua saudaraku, mereka dengan bersemangat mengarungi laguna dan menyebranginya menuju pantai berpasir itu.
Berjalan ke sebelah kanan lagi, terdapat lapangan yang cukup luas, dan bangunan tempat pelelangan ikan. Pemandangan di sekitarnya sangat menakjubkan. Di belakang laguna terdapat jejeran bukit nan hijau memanjang sampai diujung laguna, bersambung birunya laut dan langit berhiaskan serpihan awan putih. Sungguh suasana yang sangat menenangkan dan sangat cocok digunakan untuk menggali inspirasi, fotografi, rekreasi dan relaksasi.
 
 
Setelah berjalan-jalan mengelilingi tempat itu, hidangan ikan bakar pun kami nikmati bersama. Sungguh pengalaman yang luar biasa, entah kapan bisa kukunjungi lagi tempat itu.
Sampai jumpa lagi Tempursari...

Sumber :

Share:

Minggu, 06 Juli 2014

Bersakit-sakit Dahulu, Bersantai di Tempursari Kemudian (part 1)

"Could it be love... could it be love.... could it be... could be... could it be love....."

Sebari nyanyi lagu Raisa dan mengasah suaraku yang parah, akupun mengingat-ingat perjalananku bulan April 2014 lalu. Ya... perjalanan yang aku lakukan setelah mengunjungi Gunung Sawur (liat di postingan sebelumnya http://ariewia.blogspot.com/2014/07/melihat-raksasa-semeru-di-gunung-sawur.html). Kali ini perjalanannya cukup jauh dan cukup menantang, tapi ini merupakan salah satu favoritku, yaitu pantai. Pantai ini terletak di salah satu kawasan Kecamatan Tempursari terletak di 08" - 16,54 Lintang Selatan, 112 - 58,27 Bujur Timur. Tempursari mempunyai Luas Wilayah 101,37 Km2 dengan ketinggian 0 - 600 meter dari permukaan laut. Batas Kecamatan Tempursari yaitu Kecamatan Pronojiwo disebelah utara, Kecamatan Candipuro sebelah timur, Samudera Indonesia disebelah selatan dan Sebelah barat Kabupaten Malang.
Tujuan kami ke pantai TPI (Tempat Pelelangan Ikan) di salah satu wilayah Kecamatan Tempursari. Di sana pengunjung bisa menikmati olahan ikan yang dibakar atau dimasak oleh penjual dengan ikan yang sangat segar, hasil buruan para nelayan di wilayah Samudra Indonesia. Kalau dilihat dari peta di atas, jaraknya tidak cukup jauh dari kota Lumajang, hanya saja kali ini perjalanan kami di mulai dari Candipuro dan melewati jalan pintas melewati desa-desa di sekitaran Candipuro-Pasirian kira-kira butuh waktu 1-2 jam. Saat itu kami berangkat dari rumah agak pagian, sekitar pukul 06.00 WIB, supaya saat perjalanan tidak terlalu panas, dan saat pulang tidak kehujanan (maklum dech, di daerah pegunungan gini, sorean dikit aja udah mendung dan hujan :D)
Dengan mengendarai sepeda motor 4 buah, aku dan rombongan saudara-saudaraku, melakukan perjalan yang panjang dan cukup menantang. Sebagian besar jalan yang kami lalui tidaklah semulus jalan disepanjang jalur tol. Sepanjang jalan kami selalu bertemu jalan yang berlubang, berbatu, berlumpur bahkan jalan yang hampir habis di gerus longsor. Maklum saja, waktu itu hujan masih sering turun di kawasan itu dan pembangunan jalan banyak yang belum selesai.
Nah... sinilah jalan yang paling menantang, kami harus melewati bukit yang rimbun itu. Jalannya sangat curam dan berkelok-kelok, walaupun beraspal beton dan mulus, tapi cukup curam kami lalui. Untuk melalui trek itu, perlu kemampuan yang lihai dalam mengendarai motor, harus sigap dan hati-hati karena jalannya cukup sempit, apalagi harus bertemu dengan kendaraan yang berbeda arah.
Setelah melalui trek itu, rombongan kami beristirahat sebentar di gubug pinggir jalan. Di kanan kiri tempat kami beristirahat dan yang kami lalui, terdapat banyak sekali tumbuhan kakao, alias coklat. ya benar ini adalah perkebunan coklat milik pemerintah setempat.
Sebari beristirahat dan meregangkan otot yang cukup tegang, aku pun melihat di sekelilingku. Ditengah perhatianku pada alam yang baru aku kunjungi ini, satu hal yang cukup membuatku terkejut dan terheran-heran. Ada seorang tua yang menggembala kambingnya dengan berbekal kain sarung dan tongkat dari batang pohon. Saat kulihat di sekelilingku, tak ada satupun rumah penduduk di sekitar sini. Wow... dari mana bapak tua itu berjalan?? Hendak kemana kah beliau??? Hebat sekali beliau berjalan kaki melalui trek yang sangat curang itu??? Sampai sekarang aku masih penasaran dan belum dapat jawabannya... heeemm...!!!
Perjalanan pun berlanjut, dan adrenalin kami tetap terpompa saat menyusuri jalan tunggal yang tidaklah mulus. Entah kapan jalan ini dibangun, tapi yang jelas telah tampak kecacatan dibagian-bagiannya. Dengan berbekal kamera phonselku, aku berusaha membidik titian jalan dan kecacatanya yang telah aku lalui, satu tangan berpegangan di bahu adikku, tangan yang lainnya dengan lincah menekal tombol capture di phonselku (ini hal yang salah!! jangan sekali-kali ditiru ya!!! BERBAHAYA!!)
Di gambar ini salah satu jalan sedang diperbaiki. Saat melewatinya, badan jalan hanya tinggal sepertiganya, tiga perempatnya rusak, aku kurang paham kenapa bisa rusak separah itu, mungkin longsor terkena hujan, atau memang jalan itu sudah lama tidak diperbaiki. Namun perlu diwaspadai saat melewatinya.
Setelah bukit tertinggi kami lalui, barulah kami melihat keajaiban itu, dari jarak yang cukup jauh, kami melihat hamparan biru laut yang indah diantara hijaunya lahan dan hutan. Itukah tempat tujuan kami? sepertinya bukan, dan perjalanan terus berlanjut.
 
Trek berbukit telah kami lalui, jalan mulai melandai, hawa panas khas dataran rendah pun kami rasakan. Namun untuk kesekian kalinya mataku dikejutkan pemandangan yang luar biasa, jalan lurus tanpa cacatpun kami lalui dengan mulusnya. Di kanan kiri terdapat kolam-kolam air payau yang dibatasi tebing tinggi khas pegunungan cadas menjulang ke atas. Tumbuhan khas pantai banyak kami temukan di sana, tapi rimbun dan subur tumbuhnya. Keindahan semakin berwarna khas alam saat langit biru dihiasi awan tipis pun ikut meramaikan pandangan mataku yang terpesona ... Subhanallah indahnya
 (gambar-gambar ini kami ambil saat perjalanan pulang, dan kami pun tak ketinggalan untuk berpose dengan alam yang menakjubkan ini)
 
Setelah bertemu dengan kolam-kolam air payau itu, perjalanan tetap berlanjut. Dan kali ini deburan ombak sudah terdengar, pantai.... ya pantai.... kami sampai di pantai itu. Berlokasi dekat sekali dengan jalan raya yang hanya berjarak kurang lebih 10 meter dari bibir pantai yang bersentuhan dengan air Samudra Hindia, ini sungguh luar biasa.... Pantai ini jadi lebih istimewa, karena di depannya terdapat tebing batuan cadas yang menjuang tinggi bak benteng buatan alam. Entah berapa tinggi tebing itu, mungkin puluhan meter kah?
 
Kami pun tidak mau ketinggalan untuk berkenalan dengan tempat ini. Berhenti sejenak menikmati pasir hitam dan mendengarkan senandung deburan ombak yang pecah, seperti suara kereta api yang lewat menghampiri, itu gambaranku untuk suara gemuruh ombak yang besar khas Laut Kidul.
Satu per satu foto pun diambil dari kamera yang poket dan phonsel kami. Berbagai pose dan aksi diabadikan, tampak rona kebahagiaan di muka kami saat itu. Pertemuan yang sangat langkah bagi kami anak kota dengan alam bebas menakjubkan ini.
  
Tapi di pantai sepi yang serasa milik kami ini tidak berlangsung lama, walaupun beberapa menit, namun kesan yang ditinggalkan melekat sampai sekarang. Dan perjalanan kami pun berlanjut.
 
Keempat sepeda motor rombongan kami segera melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan utama kami. Di sepanjang jalan, masih menyusuri tepian pantai dan deburan ombak pun masih terdengar. Sayup-sayup suara ombakpun menghilang, dan kami mulai menjauhi jalan di tepian pantai, masuk ke jalan yang mulai menaiki bukit dan kemudian menyusuri jalan perkampungan warga. Setelah itu kami bertemu kembali dengan kolam-kolam air payau, tapi kali ini kolam-kolam itu sudah banyak dimanfaatkan warga setempat untuk berbagai keperluan, seperti untuk memelihara ikan, tempat menyandarkan perahu atau juga untuk memandikan ternak-ternaknya.
Setelah menyusuri jalanan yang dihiasi kolam air payau, perjalanan kami masuk ke perkampungan penduduk dengan suasana khas pesisir, jalan berbatuan terjal dan tanah yang penuh dengan pasir. Rumah-rumah penduduk yang mayoritas nelayan pun berjajaran di tepian jalan. Dengan berbekal uang masuk beberapa ribu rupiah, kami diijinkan memasuki wilayah TPI Tempursari oleh bapak-bapak penjaga di Pos pintu masuk. Akhirnya.... inilah tujuan utama perjalanan kami saat itu. Tempat Pelelangan Ikan Pantai Tempursari.
 

Ada apa saja di sana??? tunggu postinganku selanjutnya ya... :D
Bye

Part 2
http://ariewia.blogspot.co.id/2014/07/bersakit-sakit-dahulu-bersantai-di_7.html

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Tempursari,_Lumajang
http://pisangagung.blogspot.com/feeds/posts/default?alt=rss
Share:

Rabu, 02 Juli 2014

Melihat Raksasa Semeru di Gunung Sawur


Di saat liburan seperti ini waktu yang tepat diisi dengan jalan-jalan ke tempat-tempat baru. Namun sayang sekali, diliburan ini aku tidak bisa mengisinya dengan kegiatan itu. Kesibukan di sekolah yang sangat padat menyita waktuku dan hobby jalan-jalanku terhambat. Bosan? tidaklah... liburan ini aku isi dengan banyak kegiatan dan menyalurkan hobby lama yang terbengkalai, menulis dan mendokumentasikan pengalamanku saat liburan terdahulu.
 Ya... anggap saja jalan-jalan menyusuri jejakku di tempat yang pernah aku kunjungi. Okey... lets start from here... lets travelling with me
Kali ini kita akan menyusuri pengalamanku jalan-jalan di salah satu gunung di jawa timur, tepatnya di Kabupaten Lumajang. Kecamatan Candipuro, tempat ini sering aku kunjungi, karena salah satu saudaraku tinggal di sana. Nah karena mereka lah aku jadi tau tempat menakjubkan yang tersembunyi di sekitaran raksasa Gunung Semeru. Lokasinya cukup jauh dari Surabaya, sekitar 4-5 jam perjalanan menuju ke arah timur.

Kalau denger Gunung di Kabupaten Lumajang, semua akan terpikir ke Gunung Semeru. Namun tujuan kita bukan ke sana, melainkan ke lokasi pemantauan aktivitas si raksasa ini Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur. Berlokasi di desa Sumbermujur, kecamatan Candipuro Lumajang.
Jika dari rumah saudaraku sekitar 15-20 menit perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Hari itu kami berangkat cukup pagi, sekitar jam 05.30 WIB, karena kami ingin menikmati munculnya matahari dari ufuk timur.
Perjalanan menuju ke sana tidak terlalu ekstrim, tapi sepanjang perjalanan aku dan saudara-saudaraku disejukkan dengan pemandangan yang sedap dipandang mata. Hamparan sawah dan sejuknya udara selalu setia mengikuti kita menyusuri jalan yang tidak lebar. Lalu lalang petani menuju sawah dan ladang kerap kami jumpai di setiap tikungan jalan.
 
  
Di tengah perjalanan, kami sengaja berhenti di lokasi yang menarik, sebuah hutan pinus yang sejuk. Bau pinus menyeruak di sekitaran kami, cahaya matahari yang redup dan udara sejuk menyelimuti pemberhentian kami. Sebari memejamkan mata dan merasakan oksigen dari pabrik alam, aku merasa sangat ringan, serasa otakku di restart kembali. Segar.... itulah rasa yang muncul di seluruh sel tubuhku.
 
Kemudian kami menemukan keajaiban lain diujung hutan pinus, sebuah taman rekayasa alam di lengkapi dua angsa yang memadu kasih dihiasi laju sungai kecil yang deras dan bening. Subhanallah... keajaiban ini sungguh seperti nirwana, suara gericik air menyejukkan. Tapi kami tidak bisa lama-lama di sana, perjalanan pun berlanjut.
Beberapa saat sepeda motor kami melaju dengan kecepatan sedang. Sampailah kami ditanjakan yang lumayan tinggi, dan terdapat gapura masuk lokasi gunung itu. Perjalanan pun mulai agak sulit, jalan setapak kami lalui dengan kondisi kecuraman sekitar 30-45 derajat dan berkelok-kelok. Hawa dingin khas pegunungan mulai merambat masuk ke tulang. Dan akhirnya, sampailah kami di lokasi tujuan kami, Pos Pemantauan Gunung Api Semeru di Gunung Sawur. Terbayarlah perjalanan kami menyusuri jalan setapak yang lumayan mengular. Lukisan alam yang luar biasa pun kami nikmati dengan lensa mata kami tanpa bantuan alat apapun. Raksasa Semeru duduk dengan tenang dan gagah menyambut kami dan hangatnya Matahari yang baru terbit menyapa kedatangan kami.
 Saat kedatangan kami, matahari mulai menampakkan sebagian dirinya di balik kumpulan awan di ufuk timur, perlahan-lahan dia mulai merayap ke atas.
 
Kami pun mulai turun menuju daratan landai di tepian tebing. Di kanan kami terdapat warung kopi yang biasanya menjual kopi hangat, hanya saja mereka berjualan di hari minggu saja. Saat itu, sebelum menikmati indahnya pemandangan di sana, kami sengaja memesan beberapa gelas kopi susu hangat.
 
Barulah kamu turun menuju tepian tebing, di sana bisa menikmati keindahan tempat itu.Di sebelah timur terdapat beberapa pohon jati yang berdiri tegak. 
 
 

Pandanganku beralih ke sebelah utara, sawah hijau membentang dan rumah-rumah penduduk yang terlihat susunan genting coklat berjajar mengular mengikuti jalan yang kami lalui.
 
Dari kejauhan, terlihat jejeran kerabat gunung semeru yang membentang dari utara sampai barat. Degradasi biru langit terbentang luas di atas kami, berlanjut bentangan bukit keabuan menuju kehijauan sawah membentang bagai karpet alam yang empuk. Hawa sejuk masih terasa di sekitar kami, walaupun matahari sudah tinggi.
 
Di sebelah kiri, di sanalah si raksasa duduk dengan tenang dan gagah. Keuntungan kami hari ini tidak ada satu awanpun yang menyelimutinya, sehingga kami bebas menikmati setiap lekukan ukiran yang menghiasi Mahameru. Sungguh pemandangan yang sangat luar biasa.

Inilah perjalanan kami ke Gunung Sawur, keindahan deretan Gunung Semeru dan kerabatnya terlihat jelas di tempat ini. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Semoga aku bisa datang lagi di tempat itu, merasakan sejuknya oksigen dan hangatnya sunrise di sana.
 
Sampai Jumpa Lagi Gunung Sawur  

Sumber : 
Share:

Translate

Tentang aku dan blog-ku

Mengabadikan momen dan kenangan itulah tujuanku membuat blog ini. Setiap momen, kebiasaan, kegemaran yang kutulis di sini sangatlah berarti untukku. Tak ada maksud untuk riya' atau menyombongkan diri, hanya sebagai pengingatku. Aku termasuk orang yang gampang lupa akan kenangan. Karena itu kubuatlah blog ini, agar aku selalu ingat apa yang telah aku lalui dan aku telah lakukan. Selamat membaca kenanganku teman...
ariewia. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers