Sabtu, 24 Januari 2015

Ngadem di Air Terjun Dlundung, Trawas

Musim hujan... waktu yang sangat tepat untuk bermain air. Main hujan salah satu kegiatan favoritku sejak kecil. Desember bulan hujan yang cukup lebat di kotaku, dan di bulan ini juga banyak kegiatan travellingku yang terencana, maupun tidak a.ka dadagan.
Kali ini juga salah satu kegiatan travelling dadagan, memang sech tujuannya hanya survei tempat buat outbound sekolah dan itupun hanya sebentar, tepatnya tanggal 5 Desember 2014. Hanya saja bagiku, berkunjung ke tempat yang baru dan menikmati ciptaan Allah Yang Maha Kuasa memiliki kesan tersendiri. Air terjun Dlundung, Trawas, itulah tujuanku.

Air Terjun Dlundung terletak di Dusun Ketapang, Desa Kemloko, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, tepatnya di kaki Gunung Welirang. Berjarak 45 km dari Kota Malang dan 60 km dari Kota Surabaya. Air terjun ini bisa ditempuh selama 1,5 jam dari kota Surabaya. Air Terjun Dlundung memiliki ketinggian yang tidak begitu tinggi memang sekitar 50-60 meter, apalagi air yang jatuh dari atas tidak langsung sampai ke bawah namun air yang jatuh masih menyentuh tebing yang berundak sehingga air yang turun tidak begitu deras. Aliran airnya yang lembut menjadi daya tarik tersendiri air terjun ini. (http://balibackpacker.blogspot.com/2012/10/air-terjun-dlundung-trawas-mojokerto.html)

Sebelum masuk ke area air terjun, kita disuguhi tanah lapang yang cukup luas dan dibentengi pohon pinus yang berjejer rapi. Aroma pinuspun menyeruak saat memasuki area ini. Biasanya area ini digunakan untuk perkemahan. Dengan fasilitas yang lumayan mendukung dan tanah yang cukup landai, kegiatan perkemahan lebih nyaman dilaksanakan.
Awalnya sesampai di sana awan mendung belum menggantung, tapi setelah beberapa saat mendung gelap pun datang diikuti kabut tebal dari area gunung. Bau hujan pun terasa, udara dingin mulai menelusup ke dalam tubuh. Suasana seperti ini paling cocok ditemani kopi panas, sembari menunggu hujan redah dan melanjutkan perjalanan menuju area air terjun.
 
Namun, jika menunggu hujan berhenti, tujuan kami ke air terjun tidak akan terlaksana. Jarum jam tangan sudah hampir menunjuk ke pukul 3 sore, akhirnya kami sepakat untuk menerobos hujan yang tidak terlalu deras menuju kawasan air terjun. 

Dengan bermain hujan, perjalanan kami pun berlangsung. Terdengar suara aliran air sungai yang cukup deras mengiringi perjalanan kami. Di jalan setapak yang sudah terawat, kaki-kaki kami bergerak sebari menikmati pohon-pohon yang berkeliling menadai air hujan yang turun dari langit abu-abu.
 Setelah melewati jembatan, terdapat tempat parkir yang tersedia untuk pengunjung, dikelilingi beberapa warung yang waktu itu pada tutup. Di belakang lokasi parkir, terdapat tangga menuju lokasi air terjun. Jalan setapak berlapis semen berundak ini lumayan licin saat hujan, jadi perlu ekstra hati-hati saat melewatinya. Aroma tanah basah dan tumbuhan lembab pun menyeruak di sepanjang jalan setapak itu. Titik-titik hujan berloncatan dari daun ke daun menimbulkan bunyi gerimis yang merdu. aaahhhh.... aku sangat menyukai suasana seperti ini.
Tibalah di lokasi air terjun Dlundung. Tampak air jatuh menyerupai selendang bidadari bening yang terhampar dari atas sampai dasar tebing, ditampung di sungai yang jernih. Tampak batu-batu besar di dasar sungai kecil itu. Suasana alam liar masih nampak di area ini, tercipta secara alami yang dibentengi tebing-tebing basah terkena air hujan.
 
Sayang hanya sebentar aku mengunjungi tempat ini, walaupun begitu bisa membuat otakku segar dan stress hilang. Segar setelah diguyur air hujan dan melihat alam yang indah.
 
 Sampai jumpa lagi dlundung....

Sumber :
Share:

Rabu, 14 Januari 2015

Wisata Kuliner di Kota Udang Cirebon

Rencana berkunjung ke Kota ini, udah direncanakan sebulan sebelumnya, tepatnya bulan Oktober 2014. Karena rayuan maut saudaraku yang minta ditemenin naik kereta ke acara pesta pernikahan sepupuku, akhirnya jadi juga aku dan beberapa saudara berkunjung ke kota Udang ini.
Yup... Kota Udang, Cirebon, salah satu kota di Jawa Barat di deretan kota yang dilalui oleh jalur pantura Jakarta-Surabaya ini memang cukup unik. Seperti halnya Jogjakarta, kota ini terkenal dengan Kesultanannya.
Perjalananku di mulai dari Kota Surabaya pada 27 November 2014, menggunakan kereta ekonomi Kertajaya pada pukul tepat pukul 20.45 wib dari Stasiun Pasar Turi. Perjalanan malam yang cukup nyaman, walaupun dengan menggunakan kelas ekonomi yang murah meriah sampai tiba di stasiun Cirebon Perunjakan pada pukul 04.30 WIB.
 
 
*) Foto-foto ini aku ambil saat akan pulang, sehari setelahnya di sore hari

Berkunjung ke kota baru, kurang lengkap kalau tidak berwisata kuliner. Di kota yang terkenal dengan udangnya ini mempunyai banyak sekali makanan khas. Ada beberapa kuliner yang sengaja aku cicipi, walaupun beberapa itu sudah terkenal dimana-mana.

Setibanya di kota ini, aku diajak sepupuku untuk sarapan di tempat yang sangat terkenal dengan menu khas, yaitu nasi jamblang. Lokasi tempat makannya sangat unik, di sebelah gerbang pelabuhan Cirebon (tepatnya di tenda biru). Ini pertama kalinya aku mencicipi nasi jamblang, nasi yang terbungkus daun jati mempunyai aroma khas ditemani lauk yang bermacam-macam bisa dipesan sesuai selera. Dari tempe bacem sampai aneka lauk seafood yang berlemak serta jeroan yang mengundang selera. Yang paling unik sambel cabe merah besar yang dicincang dan diuleg kasar, walau kelihatannya sangat pedas, tapi ketika dicoba pedasnya tidak terlalu menyengat.

 http://www.kulinercirebon.com/artikel-kuliner-cirebon-nasi-jamblang-pelabuhan.html


Saat menjelang siang, kami bertandang ke alun-alun dekat Masjid At-Taqwa untuk melihat lokasi pernikahan sepupuku. Setelah melihat sekeliling lokasi terdapat alun-alun yang di sebelahnya berjajar pedagang kaki lima yang menjual makanan khas kota ini. Ada beberapa makanan yang belum pernah aku cicipi, salah satunya seblak. Ketika melihat tampilan foto yang terpampang di banner pedagang, rasa penasaran tentang rasanya pun menyeruak padaku. Saat itu juga aku pesan satu porsi seblak
Ini dia tampilan makanan itu. Seblak basah merupajan camilan yang terbuat dari adonan tepung kanji yang dibentuk mirip kerupuk kanji. Bisa bundar pipih, kecil memanjang atau berbentuk lain sesuai selera penjualnya. Adonan ini kemudian direbus lalu ditumis dengan bumbu.
Bumbunya yang terbuat dari cabai, bawang putih, garam dan kencur yang dihaluskan. Teksturnya agak kenyal dan rasanya yang gurih pedas. Karenanya digemari sebagai camilan asyik. Versi yang ini dikenal sebagai seblak original atau asli.
Namun, seblak juga sering diolah dengan cara lain. Ditumis dengan tambahan telur, sayuran, mie dan sosis atau bakso. Jadi mirip dengan mie goreng komplet. Tentu saja harganya lebih mahal tetapi rasanya lebih enak dan mengenyangkan. (http://food.detik.com/read/2012/08/30/113827/2003039/297/pedas-pedas-kenyal-si-seblak-basah)

Selain seblak, aku juga memesan menu sayuran yang khas di Jawa Barat, yaitu Karedok. Salah satu menu favoritku yang terbuat dari beberapa sayuran mentah antara lain; mentimun, taoge, kol, kacang panjang, daun kemangi, dan terong. Sedangkan sausnya adalah bumbu kacang yang dibuat dari cabai merah, bawang putih, kencur, kacang tanah, air asam, gula jawa, garam, dan terasi (http://id.wikipedia.org/wiki/Karedok)



Setelah bergulat dengan menu sayuran, lidahku masih terasa gatal ingin mencoba menu lain di deretan kaki lima itu. Menu selanjutnya yang aku pilih adalah tahu gejrot. Makanan ini tak asing di Jawa Timur. Namun, rasanya beda jika dinikmati di tempat asalnya. Makanan khas kota Cirebon ini, berbahan dasar Tahu Sumedang yang rendam dengan garam halus Setelah tahu direndam, goreng tahu hingga matang. Tahap selanjutnya ialah membuat saus tahu gejrot. Caranya, haluskan bawang putih, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, cabai hijau, gula merah, dan garam, lalu masukkan air asam, air dan kecap manis, kemudian aduk rata, dan masak hingga mendidih,kemudian angkat dan sisihkan. Setelah itu letakkan tahu goreng di atas piring saji, tuangkan saus itu, lalu taburi dengan bawang merah goreng di atasnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Tahu_gejrot)
 
Selain makanan berat, aku juga membeli beberapa makanan ringan dan camilan sebagai buah tangan untuk dibawa ke rumah. Ada banyak sekali macam camilan, tapi ada satu yang aku pilih, yaitu gapit. Camilan ini belum pernah aku cicipi sebelumnya.
Camilan berbahan dasar tepung tapioka ini mempunyai rasa yang gurih. Ada aneka rasa kue gapit buatan Cirebon, antara lain rasa keju, keju udang, rasa bawang, rasa kencur, rasa kacang bawang, rasa manis wijen, manis cokelat, manis jahe, dan balado.  
Konon, nama kue gapit diambil dari cara pembuatannya. Sebab adonan kue yang telah kalis diambil sedikit demi sedikit lalu digapit oleh dua lempeng besi di atas pembakaran. Alhasil, adonan menjadi pipih, dan kue pun menjadi renyah ketika sudah matang.
Untuk mendapatkan kue ini sangat mudah dijumpai di kota ini. Banyak toko dan tempat-tempat perbelanjaan oleh-oleh yang menjual. Biasanya dikemas dalam bentuk kemasan plastik atau dijual per-ons. 

Setelah mendapatkan buah tangan yang khas, tiba waktunya pulang kembali ke kota asal. Dengan menggunakan alat transportasi yang sama seperti berangkat, sengaja aku dan saudaraku tiba di stasiun satu jam lebih awal, hal ini mempertimbangkan musim pancaroba yang tidak menentu. Benar juga, beberapa saat setelah tiba di stasiun, hujan deras pun datang mengguyur lokasi stasiun. Untuk menghangatkan badan yang mulai dingin karena hujan, kami memilih untuk menikmati makanan pedagang kaki lima di depan stasiun. Menu khas Jawa Barat yang aku pilih, yaitu Siomay. Rasanya tak jauh beda dengan siomay Bandung. Sungguh nikmat rasanya menyantap makanan ini di saat hujan.

Berkunjung ke kota ini sungguh berkesan, sampai sekarang aroma dan rasa makanan-makanan tersebut masih terasa di lidahku. Tentunya masih banyak lagi kuliner yang belum aku coba di kota ini. Semoga saja lain waktu bisa berkunjung kembali untuk menikmati suasana dan tentu saja kulinernya.

Sampai jumpa lagi Cirebon....


Share:

Translate

Tentang aku dan blog-ku

Mengabadikan momen dan kenangan itulah tujuanku membuat blog ini. Setiap momen, kebiasaan, kegemaran yang kutulis di sini sangatlah berarti untukku. Tak ada maksud untuk riya' atau menyombongkan diri, hanya sebagai pengingatku. Aku termasuk orang yang gampang lupa akan kenangan. Karena itu kubuatlah blog ini, agar aku selalu ingat apa yang telah aku lalui dan aku telah lakukan. Selamat membaca kenanganku teman...
ariewia. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers