Rencana berkunjung ke Kota ini, udah direncanakan sebulan sebelumnya, tepatnya bulan Oktober 2014. Karena rayuan maut saudaraku yang minta ditemenin naik kereta ke acara pesta pernikahan sepupuku, akhirnya jadi juga aku dan beberapa saudara berkunjung ke kota Udang ini.
Yup... Kota Udang, Cirebon, salah satu kota di Jawa Barat di deretan kota yang dilalui oleh jalur pantura Jakarta-Surabaya ini memang cukup unik. Seperti halnya Jogjakarta, kota ini terkenal dengan Kesultanannya.
Perjalananku di mulai dari Kota Surabaya pada 27 November 2014, menggunakan kereta ekonomi Kertajaya pada pukul tepat pukul 20.45 wib dari Stasiun Pasar Turi. Perjalanan malam yang cukup nyaman, walaupun dengan menggunakan kelas ekonomi yang murah meriah sampai tiba di stasiun Cirebon Perunjakan pada pukul 04.30 WIB.
*) Foto-foto ini aku ambil saat akan pulang, sehari setelahnya di sore hari
Berkunjung ke kota baru, kurang lengkap kalau tidak berwisata kuliner. Di kota yang terkenal dengan udangnya ini mempunyai banyak sekali makanan khas. Ada beberapa kuliner yang sengaja aku cicipi, walaupun beberapa itu sudah terkenal dimana-mana.
Setibanya di kota ini, aku diajak sepupuku untuk sarapan di tempat yang sangat terkenal dengan menu khas, yaitu nasi jamblang. Lokasi tempat makannya sangat unik, di sebelah gerbang pelabuhan Cirebon (tepatnya di tenda biru). Ini pertama kalinya aku mencicipi nasi jamblang, nasi yang terbungkus daun jati mempunyai aroma khas ditemani lauk yang bermacam-macam bisa dipesan sesuai selera. Dari tempe bacem sampai aneka lauk seafood yang berlemak serta jeroan yang mengundang selera. Yang paling unik sambel cabe merah besar yang dicincang dan diuleg kasar, walau kelihatannya sangat pedas, tapi ketika dicoba pedasnya tidak terlalu menyengat.
Setibanya di kota ini, aku diajak sepupuku untuk sarapan di tempat yang sangat terkenal dengan menu khas, yaitu nasi jamblang. Lokasi tempat makannya sangat unik, di sebelah gerbang pelabuhan Cirebon (tepatnya di tenda biru). Ini pertama kalinya aku mencicipi nasi jamblang, nasi yang terbungkus daun jati mempunyai aroma khas ditemani lauk yang bermacam-macam bisa dipesan sesuai selera. Dari tempe bacem sampai aneka lauk seafood yang berlemak serta jeroan yang mengundang selera. Yang paling unik sambel cabe merah besar yang dicincang dan diuleg kasar, walau kelihatannya sangat pedas, tapi ketika dicoba pedasnya tidak terlalu menyengat.
http://www.kulinercirebon.com/artikel-kuliner-cirebon-nasi-jamblang-pelabuhan.html
Saat menjelang siang, kami bertandang ke alun-alun dekat Masjid At-Taqwa untuk melihat lokasi pernikahan sepupuku. Setelah melihat sekeliling lokasi terdapat alun-alun yang di sebelahnya berjajar pedagang kaki lima yang menjual makanan khas kota ini. Ada beberapa makanan yang belum pernah aku cicipi, salah satunya seblak. Ketika melihat tampilan foto yang terpampang di banner pedagang, rasa penasaran tentang rasanya pun menyeruak padaku. Saat itu juga aku pesan satu porsi seblak
Ini dia tampilan makanan itu. Seblak basah merupajan camilan yang terbuat dari adonan tepung kanji
yang dibentuk mirip kerupuk kanji. Bisa bundar pipih, kecil memanjang
atau berbentuk lain sesuai selera penjualnya. Adonan ini kemudian
direbus lalu ditumis dengan bumbu.
Bumbunya yang terbuat dari cabai, bawang putih, garam dan kencur yang dihaluskan. Teksturnya agak kenyal dan rasanya yang gurih pedas. Karenanya digemari sebagai camilan asyik. Versi yang ini dikenal sebagai seblak original atau asli.
Namun, seblak juga sering diolah dengan cara lain. Ditumis dengan tambahan telur, sayuran, mie dan sosis atau bakso. Jadi mirip dengan mie goreng komplet. Tentu saja harganya lebih mahal tetapi rasanya lebih enak dan mengenyangkan. (http://food.detik.com/read/2012/08/30/113827/2003039/297/pedas-pedas-kenyal-si-seblak-basah)
Bumbunya yang terbuat dari cabai, bawang putih, garam dan kencur yang dihaluskan. Teksturnya agak kenyal dan rasanya yang gurih pedas. Karenanya digemari sebagai camilan asyik. Versi yang ini dikenal sebagai seblak original atau asli.
Namun, seblak juga sering diolah dengan cara lain. Ditumis dengan tambahan telur, sayuran, mie dan sosis atau bakso. Jadi mirip dengan mie goreng komplet. Tentu saja harganya lebih mahal tetapi rasanya lebih enak dan mengenyangkan. (http://food.detik.com/read/2012/08/30/113827/2003039/297/pedas-pedas-kenyal-si-seblak-basah)
Selain seblak, aku juga memesan menu sayuran yang khas di Jawa Barat, yaitu Karedok. Salah satu menu favoritku yang terbuat dari beberapa sayuran mentah antara lain; mentimun, taoge, kol, kacang panjang, daun kemangi, dan terong. Sedangkan sausnya adalah bumbu kacang yang dibuat dari cabai merah, bawang putih, kencur, kacang tanah, air asam, gula jawa, garam, dan terasi (http://id.wikipedia.org/wiki/Karedok)
Setelah bergulat dengan menu sayuran, lidahku masih terasa gatal ingin mencoba menu lain di deretan kaki lima itu. Menu selanjutnya yang aku pilih adalah tahu gejrot. Makanan ini tak asing di Jawa Timur. Namun, rasanya beda jika dinikmati di tempat asalnya. Makanan khas kota Cirebon ini, berbahan dasar Tahu Sumedang yang rendam dengan garam halus Setelah tahu direndam, goreng tahu hingga matang. Tahap selanjutnya ialah membuat saus tahu gejrot. Caranya, haluskan bawang putih, cabai merah, cabai rawit, bawang merah,
cabai hijau, gula merah, dan garam, lalu masukkan air asam, air dan
kecap manis, kemudian aduk rata, dan masak hingga mendidih,kemudian
angkat dan sisihkan. Setelah itu letakkan tahu goreng di atas piring saji, tuangkan saus itu, lalu taburi dengan bawang merah goreng di atasnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Tahu_gejrot)
Selain makanan berat, aku juga membeli beberapa makanan ringan dan camilan sebagai buah tangan untuk dibawa ke rumah. Ada banyak sekali macam camilan, tapi ada satu yang aku pilih, yaitu gapit. Camilan ini belum pernah aku cicipi sebelumnya.
Camilan berbahan dasar tepung tapioka ini mempunyai rasa yang gurih. Ada aneka rasa kue gapit buatan Cirebon, antara lain rasa keju, keju
udang, rasa bawang, rasa kencur, rasa kacang bawang, rasa manis wijen,
manis cokelat, manis jahe, dan balado.
Konon, nama kue gapit diambil dari cara pembuatannya. Sebab adonan kue
yang telah kalis diambil sedikit demi sedikit lalu digapit oleh dua
lempeng besi di atas pembakaran. Alhasil, adonan menjadi pipih, dan kue
pun menjadi renyah ketika sudah matang.
Untuk mendapatkan kue ini sangat mudah dijumpai di kota ini. Banyak toko dan tempat-tempat perbelanjaan oleh-oleh yang menjual. Biasanya dikemas dalam bentuk kemasan plastik atau dijual per-ons.
Setelah mendapatkan buah tangan yang khas, tiba waktunya pulang kembali ke kota asal. Dengan menggunakan alat transportasi yang sama seperti berangkat, sengaja aku dan saudaraku tiba di stasiun satu jam lebih awal, hal ini mempertimbangkan musim pancaroba yang tidak menentu. Benar juga, beberapa saat setelah tiba di stasiun, hujan deras pun datang mengguyur lokasi stasiun. Untuk menghangatkan badan yang mulai dingin karena hujan, kami memilih untuk menikmati makanan pedagang kaki lima di depan stasiun. Menu khas Jawa Barat yang aku pilih, yaitu Siomay. Rasanya tak jauh beda dengan siomay Bandung. Sungguh nikmat rasanya menyantap makanan ini di saat hujan.
Berkunjung ke kota ini sungguh berkesan, sampai sekarang aroma dan rasa makanan-makanan tersebut masih terasa di lidahku. Tentunya masih banyak lagi kuliner yang belum aku coba di kota ini. Semoga saja lain waktu bisa berkunjung kembali untuk menikmati suasana dan tentu saja kulinernya.
Sampai jumpa lagi Cirebon....
0 komentar:
Posting Komentar